
Sekalimat manis yang kau riuhkan di lembar-lembar telinga itu
Yang tempo hari mengubah nestapa umat pada binar harapan baru
Menjejalkan bayangan surga pada dunia dalam liku-liku jalanan yang mulus, padi-padi gemulai, sungai tembus pandang, buah berkelimpahan, dan lain-lain penyakit yang terurusi
Tapi bukan itu yang kumaksud cinta
Sebuah kemesraan yang dibuat-buat
Yang kau tampakkan hingga pada tatapan kosong nan jauh di pelosok sana
Kau mengira mereka tak tahu sandiwaramu
Mereka tahu, namun tak miliki banyak pilihan
Kecuali berpura-pura mengangkat caping untukmu
Lalu kasihmu yang bias itu menjamur basi
Dan bukan itu yang kumaksud cinta
Sebenarnya apa yang kau maksud cinta?
Sungguh madu tanyamu itu
Jika boleh menggambar cinta pada permadani kemanusiaan
Maka yang kau lihat adalah seorang Ibu yang rela tak makan asal anak-anaknya tersuapi meski dengan sepotong singkong rebus
Seorang Ayah akan tampak pada tatapmu bagai seonggok kayu mati di tengah keluarganya yang hijau
Cinta akan maujud dalam sebuah lukisan pengorbanan dan pemuliaan pada jiwa-jiwa yang dicinta
Hingga esok akan terbaca matamu seorang raja terlihat paling sederhana di tengah-tengah rakyatnya
Itu yang kumaksud cinta
Kau tak perlu banyak berkata cinta, mengurai-urai kasih pada setiap angin yang lewat
Lalu dalam hitungan jari semuanya menjadi palsu
Kau cukup berdiri di atas kakimu, berjalan pada jalurmu, berkata pada batas kewajaran
Namun saat kau temui tanggungan pada jiwa-jiwa yang dipertanggungkan padamu, hiduplah di tangga beban yang lebih berat darinya dengan mengambil beban-bebannya
Kemudian berlalulah dan jangan biarkan angin tahu
Itu yang kumaksud cinta
No comments:
Post a Comment