Thursday, July 12, 2018

Sukses Menulis Ala Gol A Gong

Di kalangan pegiat literasi, siapa sih yang tidak kenal Gol A Gong? Beliau adalah penulis sekaligus traveller yang telah mengunjungi banyak tempat di belahan dunia dengan bermodalkan tulisan.
Apa, sih, sebenarnya rahasia dari keberhasilan lelaki petualang ini, sehingga bisa menghasilkan banyak tulisan?
Ternyata rahasianya itu adalah ilmu. Menurut pria bernama asli Heri Hendrayana Haris ini, untuk bisa menghasilkan buku kita harus berilmu. Jadi, menulis itu bukan sekedar memindahkan hayalan dalam rangkaian kalimat, tetapi juga butuh prosedur ilmiah. Kita butuh data dan riset dalam menulis. Juga butuh pengalaman empiris, wawancara, diskusi, agar tulisan menjadi hidup. Dan yang tidak kalah penting kita harus tahu bahwa tidak ada karya yang sukses tanpa melewati proses revisi berkali-kali. Jadi naskah harus dikoreksi ulang, meminta pendapat orang lain, lalu diperbaiki lagi hingga puluhan kali.
Biar lebih mudah, Gong dalam bincang-bincang bersama pegiat literasi Metro membagi proses menulis menjadi tiga. Yaitu persiapan menulis, menulis, dan revisi.
Pertama kali yang harus dilakukan adalah persiapan. Kita harus mempersiapkan segala sesuatunya sematang mungkin. Mulai dari menyusun unsur intrinsik, baik itu ide cerita, tokoh, penokohan, latar, dan lain-lain. Lalu semua dirangkai menjadi sebuah outline untuk membentuk sebuah kerangka karangan. Tujuannya adalah agar tulisan yang dibuat jelas arah ceritanya.
Kedua yaitu menulis. Setelah persiapan matang, langkah selanjutnya adalah mulai menulis. Tetapi perlu diingat, jangan mulai menulis jika belum siap menulis. Jadi pastikan semua sudah benar-benar siap, sehingga nantinya proses menulis tidak berhenti di jalan.
Ketiga adalah revisi. Tulisan harus direvisi berulang-ulang agar menjadi sangat baik. Tidak ada karya yang berhasil tanpa proses revisi.
Nah itu tadi rangkaian dari hal-hal yang harus kita lakukan untuk menghasilkan karya tulis, sehingga tulisan menjadi sangat baik.
Sebagai motivasi. Semua penulis dengan karya-karya hebatnya awalnya adalah penulis pemula. Mereka bukan siapa-siapa  dan tidak dikenal. Sehingga kata Gong, semua butuh perjuangan, butuh kerja keras. Gong sendiri awalnya adalah pemuda dengan kondisi tangan kiri buntung yang merantau ke Jakarta demi mengejar impian menjadi penulis. Dan sekarang dia menjadi penulis yang luar biasa.
Oh, iya. Sekedar memberi kabar baik, bahwa insyaallah salah satu karya Gol A Gong, yaitu 'Balada Si Roy' akan diangkat ke layar lebar 2019 nanti. Tunggu aja ya. Dan jangan lupa nonton di bioskop.

Tuesday, July 10, 2018

Menyusuri Lembah Pelangi



Gak ada kata capek untuk para petualang itu bohong. Nyatanya kami capek. Hanya saja capeknya itu keren, fantastis deh.
Minggu, 08 Juli 2018 aku bersama lima orang teman berangkat menuju Ulu Belu. Kami berangkat teNamun pukul 17.30 dari Metro dengan tujuan utama Air Terjun Pelangi, Pekon Ngarip, Ulu Belu, Tanggamus.
Di dekat Bandara Radin Intan II kami mampir untuk menunaikan salat magrib. Karena bagi kami jalan-jalan sampai lupa ibadah itu adalah kepalsuan. Karena tujuan dari perjalanan bukan sekedar wisata, tapi untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah.
Dengan tiga sepeda motor, kami melanjutkan perjalanan dan di Gedung Tataan, Pesawaran, kami mampi lagi untuk makan. Jalan-jalan juga jangan sampai lupa makan. Bahaya.
Setelah melewati Pesawaran dan Pringsewu, kami akhirnya disambut dengan tulisan 'Selamat Datang di Kabupaten Tanggamus'. Meski sudah sampai Tanggamus, namun tempat tujuan kami masih jauh. Uniknya di perjalanan ini tidak ada satupun di antara kami berenam yang pernah ke Ulu Belu. Modal kami hanya google map dan tanya-tanya orang.
Memasuki daerah Gisting kami memutuskan untuk istirahat sebentar di Rest Area Tanggamus. Meregangkan otot sambil menikmati bandrek. Hanya saja kami disarankan untuk tidak melanjutkan perjalanan oleh tukang parkir. Alasannya untuk berhati-hati karena kondisi sudah malam. Kami pun setuju untuk bermalam di Rest Area dan melanjutkan perjalanan selepas subuh.
Esoknya setelah sarapan dan jalan-jalan di lorong pasar Gisting, kami melanjutkan perjalanan. Meninggalkan daerah Gisting membuat kami mengerti mengapa kami dilarang melanjutkan perjalanan malam-malam. Ternyata jalanan menuju Ulu Belu semacam jalanan pegunungan. Meliuk-liuk dan sepi. Namun hal tersebut merupakan bonus karena di sepanjang perjalanan mata kami disajikan pemandangan yang sangat indah.
Sebelum ke lokasi wisata, kami mampir di masjid Nurul Iman, Pekon Datarajan, Ulu Belu. Masjidnya sangat indah dan bersih. Di teras masjid difasilitasi dispenser, gula, kopi, dan teh. Artinya boleh bikin minum gratis.
Setelah istirahat beberapa saat, kami melanjutkan perjalanan menuju ke air terjun pelangi. Tapi karena masih pagi, kami jalan-jalan dulu melihat Pertamina Geothermal Energy atau lebih dikenal Pertamina Uap. Pemandangan lembah, saluran panjang, pohon, asap, dan kabut pagi benar-benar memanjakan hati. Jalan yang meliuk-liuk menambah sensasi perjalanan.
Puas di Pertamina Uap, kami meluncur menuju air terjun. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit kami pun sampai. Namun, sayangnya karena hari Senin, tempat wisata yang sedang naik daun itu sepi. Bahkan penjaganya saja belum datang.
Menuruni lembah pelangi kami disambut dengan suara-suara binatang yang bersahutan. Panorama kebun kopi membuat semangat semakin menjadi.
Akhirnya kami mendengar suara air yang begitu keras. Dan sekejap mata kami takjub dengan apa yang ada di depan kami, air terjun pelangi...